Sunat Perempuan Masih Berlanjut di Mesir (di Kota Sumenep juga masih berlangsung sunat perempuan)

Membaca postingan Sdr. Telogodog yang dimuat tanggal 4 September 2010 tentang Sunat Perempuan Masih Berlanjut di Mesir, membuat saya cukup terheran-heran dan tertarik untuk menanggapi balik. Untuk lengkapnya baca di sunat perempuan masih berlanjut di mesir Tanggapan saya hanyalah sekedar bernuansa informatif dan menambah informasi saja, sebab praktik tersebut tidak hanya terjadi di Mesir saja.

Praktik female genital mutilation (FGM) juga terjadi di Indonesia, terutama di daerah Madura. Sunat terhadap perempuan masih berlangsung sampai sekarang. Diakui atau tidak diakui, praktik ini masih terjadi walaupun mulai pudar.

Bahkan saya sendiri, sebagai seorang ayah yang baru mempunyai anak perempuan sempat ditawari oleh Bidan yang membantu persalinan isteri saya; apakah anak saya langsung akan disunat (saat masih bayi). Dan parahnya, hampir semua kerabat dekat yang datang menjenguk saya menanyakan apakah anak saya sudah disunat ?

Meskipun belum ada penelitian yang secara resmi menyebutkan berapa besar masyarakat di Madura telah mengalami female genital mutilation (FGM), namun saya yakin bahwa hampir sebagian besar masyarakat asli Madura mengalami hal tersebut. Tidak diketahui secara pasti, sejak kapan praktik ini dimulai. Biasanya hal ini dilakukan pada bayi perempuan yang baru lahir.

Tujuan sunat katanya untuk mencegah godaan seksual. Selain itu juga belum pernah dilaporkan tentang kematian seorang anak akibat sunat pada perempuan ini. Praktik ini menjadi hal yang lumrah bagi masyarakat Madura.

Sebagai seorang yang berbudaya, tentunya ini perlu diluruskan dan memberikan pengertian bagi para calon orang tua bahwa anak perempuan mereka menderita karena praktek ini.

Harus ada campur tangan dari pihak-pihak terkait terutama para kiai/ alim ulama dalam menjelaskan hal ini. Bahwa sebenarnya anak perempuan kita harus menikmati hidup yang lengkap dan hak mereka untuk memutuskan apa yang harus dilakukan pada tubuh mereka.